Pages

Subscribe:

.. بسم الله الرحمن الرحيم

.

Sabtu, 12 November 2011

SOAL UTS SISTEM EKONOMI INDONESIA

Soal UTS Sistem Ekonomi Indonesia (Take Home)

Semester                       : III D
Dosen Pembimbing       : Yudi Daherman, M.I.Kom


Petunjuk Soal :
Ø  Soal dijawab dikertas Doble Polio.
Ø  Setiap soal memiliki nilai 25.
Ø  Dikumpul kepada kosma paling lambat hari Rabu, 16 November 2011.


1.  Apa yang akan terjadi kalau fungsi sistem ekonomi Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya?
2.  Jelaskan perbedaan SEI Liberal dan Sosialis?
3.  Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Ekonomi ? apakah sudah sesuai dengan Sistem Ekonomi Pancasila pada masyarakat Indonesia Saat ini?
4.   Bagaimana Pengaruh Globalisasi pada sistem ekonomi Indonesia ?

Jumat, 11 November 2011

Soal UTS KOM ANTAR BUDAYA


NAMA             : MURTADHA HABIBI
NIM                 : 11043102810
MK                  : KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
DOSEN            : FIRDAUS EL HADI, M.Soc.Sc
             
SOAL WAJIB (HARUS DIKERJAKAN)
  1. Buatlah essay sepanjang satu halaman mengenai  manfaat mempelajari Komunikasi Antar Budaya?
  2. Jelaskan pengaruh kebudayaan India/Hindu terhadap kebudayaan Indonesia dalam berbagai aspek budaya.
  3. Salah satu dimensi budaya menurut Hofstede adalah Masculinity/Feminity. Jelaskan arti kedua istilah tersebut,  dan  kaitkan dengan budaya masyarakat Jepang, Swedia, dan Indonesia.
SOAL PILIHAN (PILIH SAJA 2  DARI 4 SOAL PILIHAN)
4. Masyarakat Amerika Serikat dijuluki  sebagai Melting Pot .Apa yang dimaksud dengan melting pot, dan apakah menurut anda asimilasi sudah terjadi disana? Jelaskan.
5.Salah satu tahapan Culture Shock adalah Crisis Stage. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tahapan ini dan cara mengatasinya. 
6.Mengapa perlu memahami bahasa non verbal suatu budaya ? Jelaskan beserta contoh
 7. Mengapa Stereotip dianggap menghambat Komunikasi Antarbudaya? Jelaskan beserta contoh.



JAWAB

1.       Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.
Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis.
Ada beberapa alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya, antara lain:
a) membuka diri memperluas pergaulan
b) meningkatkan kesadaran diri.
c) etika/etis.
d) mendorong perdamaian dan meredam konflik .
e) demografi.
 f) ekonomi.
g) menghadapi teknologi komunikasi.
h) menghadapi era globalisasi.
Manfaat mempelajari Komunikasi Antar Budaya adalah :
• Kita mampu memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
• Kita mampu mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya
• Mampu untuk engidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi
• Membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya
• Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
• Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif
Sedangkan  manfaat lain mempelajari komunikasi lintas budaya, Litvin (1977) menguraikan bahwa tujuan itu bersifat kognitif dan afektif, yaitu untuk:
1. Menyadari bias budaya sendiri
2. Lebih peka secara budaya
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri
5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang
6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya
8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri:asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya.
10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.

2.       Banyak pengaruh dari India terhadap perkembangan budaya di Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain terlihat dalam bidang:

1. Budaya

Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar, bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini mungkin dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:

· Seni Bangunan

Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
- Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
- Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
- Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.

Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

· Seni rupa, dan seni ukir.
         Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

· Seni Hias
          Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

· Aksara/tulisan
           Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.

· Kesusastraan
       Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India. Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.

Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).

Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.

2. Pemerintahan
         Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.

Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

3. Sosial
          Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.

Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)

4. Kepercayaan
          Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

3.       Salah satu dimensi budaya menurut Hofstede adalah Masculinity/Feminity.

a.       Masculinity
Adalah perkembangan dimana nilai lebih dominan dalam masyarakat adalah yang berorientasi maskulin. Kultur maskulin menggunakan eksistensi biologis dari dua gender untuk menjelaskan aturan perbedaan social untuk laki-laki dan wanita, mereka mengharapkan lelaki lebih percaya diri, ambisius, dan kompetitif, dan bersemangat menggapai materi, menghormati yang besar, kuat dan cepat.
Contoh negara dengan tingkat maskulinitasnya tinggi adalah di jepang, dimana mayoritas posisi pimpinan maupun posisi legislatif dipegang oleh pria dengan persentase mencapai 95%.

b.      Feminity 
Adalah sebuah kultur yang menilai feminitas sebagai sikap yang bersikap maju. Dunia feminine melihat pengaturan bahwa lelaki perlu aktif dan karenanya mereka berasumsi dengan membuat aturan yang berkembang, juga didalamnya persamaan gender memegang peranan dalam lingkungan. Dapat disimpulkan dalam kultur feminine mereka menjaga agar “menguasai aturan sosial untuk semua gender”. Kemerdekaan internal dan kebiasaan persamaan gender adalah yang ideal, dan orang akan bersimpati dengan ketidak beruntungan tersebut. 
Contoh negara dengan tingkat feminitasnya tinggi adalah Swedia, dimana wanita memiliki persentase 41% mengusai posisi legislatif.

Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut pribadi saya, tingkat maskulinitasnya lebih tinggi daripada feminitasnya. Tentu saja hal ini sama seperti negara-negara lain yang masih menjunjung tinggi tradisi ketimuran dan beranggapan bahwa wanita kodratnya hanya berada “dibawah pria”. Selain itu hal tersebut dapat tercermin dari posisi pemerintahan dan legislative yang didominasi oleh kaum pria, meskipun tidak ada larangan bagi wanita untuk menempati posisi tersebut.

4.       Kuali peleburan (bahasa Inggris: melting pot) adalah metafor untuk masyarakat heterogen yang semakin homogen. Elemen yang berbeda "melebur menjadi satu" sebagai suatu kesamaan budaya yang harmonis. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan asimilasi imigran di Amerika Serikat; metafora melebur menjadi satu digunakan pada tahun 1780-an.
 Setelah tahun 1970, keinginan asimilasi dan model kuali peleburan menghadapi tantangan dari multikulturalisme, yang menyatakan bahwa perbedaan budaya pada masyarakat berharga dan perlu dipelihara. Jadi di Amerika telah terjadi asimilasi.
Masyarakat AS merupakan masyarakat yang terbangun atas berbagai identitas (imigran) yang berbeda. Mereka bertemu di ruang yang baru dengan tradisi budaya yang berbeda. Ada keyakinan dari para imigran bahwa apabila mereka saling menonjolkan kebudayannnya maka masyarakat baru itu akan menjadi masyarakat yang penuh konflik. Kemudian lahirlah konsep kebijakan yang disebut melting pot, kebijakan yang memberi ruang apresiasi bagi identitas-identitas yang berbeda tersebut. Melting pot kemudian dianggap memberikan harmonisasi interaksi masyarakat dan dianggap (oleh de Tocqueville, pada waktu itu) sebagai gambaran nyata masyarakat yang demokratis. Hal ini didasarkan pada dua argumen. Pertama adalah adanya pertukaran budaya dan kedua adalah munculnya kemandirian masyarakat yang kemudian mewujud dalam organisasi masyarakat sipil. Melting pot inilah yang kemudian menjadi akar dari gagasan mengenai multikulturalisme di Kanada.

Berbeda halnya dengan masyarakat AS, pada masyarakat poskolonial, permasalahan lebih terletak pada adanya pemilahan identitas yang didasarkan pada logika penguasaan. Klasifikasi yang muncul pada masyarakat kolonial adalah klasifikasi yang bias perspektif negara koloni. Hal ini kemudian terwariskan ketika bekas koloni itu mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara bangsa. Permaslahan ini semakin rumit dengan adanya gesekan yang terjadi antara identitas poskolonial dengan homogenitas identitas yang ingin dibentuk pemerintah negara bangsa.
5.       Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
·         Laki-laki berpikir logis
·         Wanita bersikap mental
·         Orang berkaca mata minus jenius
·         Orang batak kasar
·         Orang padang pelit
·         Orang jawa halus-pembawaan
Menurut Baron dan Paulus ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya stereotip. Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen. Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita. Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.

Minggu, 21 Agustus 2011

Semua Karena Cinta, bukan Benci...........

Mungkin aku salah satu dari mereka yang selalu dibayang-bayang rasa cinta kepada sesama makhluk ciptaannya,,,,,
aku hanya manusia biasa yang diberi rasa cinta dari sang ilahi,
aku selalu mencoba untuk mencintai orang lain tapi kelak akhirnya cinta itu yang mengajarkan ku bagaimana rasanya disakiti,,
untuk kesekian kalinya aku berhasil mencintai seseorang tapi susah untuk melupakannya,
aku sadar bahwa selama ini hanya harapan palsu yg selalu kau berikan padaku,
ntah karena kepolosan atau kebodohanku, aku selalu menganggap pehatian dari mu  adalah sebuah harapan besar bagiku,walaupun akhirnya harapan itu berakhir dalam curahan lagu-lagu indah dari sang penyair.......
ada pepatah mengatakan "Jangan penah jatuh di lubang yang sama"
tapi mengapa aku selalu jatuh dilubang yang sama walaupun dg kedalamannya bereda..........??
aku adalah seorang yg bisa mencintaimu dalam sesaat, tapi sulit untuk melupakanmu dalam waktu sekejap....
yaaahhh,,,"KARENA AKU ADALAH MAKHLUK YANG DIBERI RASA CINTA, BUKAN BENCI"

Rabu, 17 Agustus 2011

SEJARAH BENDERA INDONESIA........

 

 
 
TANAH AIR KU, INDONESIA RAYA


Warna merah dan putih mempunyai arti yang sangat dalam, sebab kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma, melainkan melalui proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa Indonesia.


1. Menurut sejarah, Bangsa Indonesia memasuki wilayah Nusantara ketika terjadi perpindahan orang-orang Austronesia sekitar 6000 tahun yang lalu datang ke Indonesia Timur dan Barat melalui tanah Semenanjung dan Philipina. Pada zaman itu manusia memiliki cara penghormatan atau pemujaan terhadap matahari dan bulan. Matahari dianggap sebagai lambang warna merah dan bulan sebagai lambang warna putih. Zaman itu disebut juga zaman Aditya Candra. Aditya berarti matahari dan Candra berarti bulan. Penghormatan dan pemujaan tidak saja di kawasan Nusantara, namun juga di seluruh Kepulauan Austronesia, di Samudra Hindia, dan Pasifik.
Sekitar 4000 tahun yang lalu terjadi perpindahan kedua, yaitu masuknya orang Indonesia kuno dari Asia Tenggara dan kemudian berbaur dengan pendatang yang terlebih dahulu masuk ke Nusantara. Perpaduan dan pembauran inilah yang kemudian melahirkan turunan yang sekarang kita kenal sebagai Bangsa Indonesia.

Pada Zaman itu ada kepercayaan yang memuliakan zat hidup atau zat kesaktian bagi setiap makhluk hidup yaitu getah-getih. Getah-getih yang menjiwai segala apa yang hidup sebagai sumbernya berwarna merah dan putih. Getah tumbuh-tumbuhan berwarna putih dan getih (dalam Bahasa Jawa/Sunda) berarti darah berwarna merah, yaitu zat yang memberikan hidup bagi tumbuh-tumbuhan, manusia, dan hewan. Demikian kepercayaan yang terdapat di Kepulauan Austronesia dan Asia Tenggara.

2. Pada permulaan masehi selama 2 abad, rakyat di Kepulauan Nusantara mempunyai kepandaian membuat ukiran dan pahatan dari kayu, batu, dan lainnya, yang kemudian ditambah dengan kepandaian mendapat pengaruh dari kebudayaan Dong Song dalam membuat alat-alat dari logam terutama dari perunggu dan besi. Salah satu hasil yang terkenal ialah pembuatan gendering besar dari perunggu yang disebut nekara dan tersebar hampir di seluruh Nusantara. Di Pulau Bali gendering ini disebut Nekara Bulan Pajeng yang disimpan dalam pura. Pada nekara tersebut diantaranya terdapat lukisan orang menari dengan hiasan bendera dan umbul-umbul dari bulu burung. Demikian juga di Gunung Kidul sebelah selatan Yogyakarta terdapat kuburan berupa waruga dengan lukisan bendera merah putih berkibar di belakang seorang perwira menunggang kerbau, seperti yang terdapat di kaki Gunung Dompu.

Sejak kapan bangsa-bangsa di dunia mulai memakai bendera sebagai identitas bangsanya? Berdasarkan catatan sejarah dapat dikemukakan bahwa awal mula orang menggunakan bendera dimulai dengan memakai lencana atau emblem, kemudian berkembang menjadi tanda untuk kelompok atau satuan dalam bentuk kulit atau kain yang dapat berkibar dan mudah dilihat dari jauh. Berdasarkan penelitian akan hasil-hasil benda kuno ada petunjuk bahwa Bangsa Mesir telah menggunakan bendera pada kapal-kapalnya, yaitu sebagai batas dari satu wilayah yang telah dikuasainya dan dicatat dalam daftar. Demikian juga Bangsa Cina di zaman kaisar Chou tahun 1122 sebelum masehi.

Bendera itu terikat pada tongkat dan bagian puncaknya terdapat ukiran atau totem, di bawah totem inilah diikatkan sepotong kain yang merupakan dekorasi. Bentuk semacam itu didapati pada kebudayaan kuno yang terdapat di sekitar Laut Tengah. Hal itu diperkuat juga dengan adanya istilah bendera yang terdapat dalam kitab Injil. Bendera bagi raja tampak sangat jelas, sebab pada puncak tiang terdapat sebuah symbol dari kekuasaan dan penguasaan suatu wilayah taklukannya. Ukiran totem yang terdapat pada puncak atau tiang mempunyai arti magis yang ada hubungnnya dengan dewa-dewa. Sifat pokok bendera terbawa hingga sekarang ini.

Pada abad XIX tentara napoleon I dan II juga menggunakan bendera dengan memakai lambang garuda di puncak tiang. Perlu diingat bahwa tidak semua bendera mempunyai arti dan ada hubungannya dengan religi. Bangsa Punisia dan Yunani menggunakan bendera sangat sederhana yaitu untuk kepentingan perang atau menunjukkan kehadiran raja atau opsir, dan juga pejabat tinggi negara. Bendera Yunani umumnya terdiri dari sebuah tiang dengan kayu salib atau lintang yang pada puncaknya terdapat bulatan. Dikenal juga perkataan vaxillum (kain segi empat yang pinggirnya berwarna ungu, merah, atau biru) digantung pada kayu silang di atas tombak atau lembing.

Ada lagi yang dinamakan labarum yang merupakan kain sutra bersulam benang emas dan biasanya khusus dipakai untuk Raja Bangsa Inggris menggunakan bendera sejak abad VIII. Sampai abad pertengahan terdapat bendera yang menarik perhatian yaitu bendera “gunfano” yang dipakai Bangsa Germania, terdiri dari kain bergambar lencana pada ujung tombak, dan dari sinilah lahir bendera Prancis yang bernama “fonfano”.

Bangsa Viking hampir sama dengan itu, tetapi bergambar naga atau burung, dikibarkan sebagai tanda menang atau kalah dalam suatu pertempuran yang sedang berlangsung. Mengenai lambang-lambang yang menyertai bendera banyak juga corak ragamnya, seperti Bangsa Rumania pernah memakai lambang burung dari logam, dan Jerman kemudian memakai lambang burung garuda, sementara Jerman memakai bendera yang bersulam gambar ular naga.

Tata cara pengibaran dan pemasangan bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung, kibaran bendera putih sebagai tanda menyerah (dalam peperangan) dan sebagai tanda damai rupanya pada saat itu sudah dikenal dan etika ini sampai sekarang masih digunakan oleh beberapa Negara di dunia.

3. Pada abad VII di Nusantara ini terdapat beberapa kerajaan. Di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya yang pada hakikatnya baru merupakan kerajaan dengan kekuasaan terbatas, satu sama lainnya belum mempunyai kesatuan wilayah. Baru pada abad VIII terdapat kerajaan yang wilayahnya meliputi seluruh Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang berlangsung sampai abad XII. Salah satu peninggalannya adalah Candi Borobudur , dibangun pada tahun 824 Masehi dan pada salah satu dindingnya terdapat “pataka” di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera merah putih sedang berkibar. Kata dwaja atau pataka sangat lazim digunakan dalam kitab jawa kuno atau kitab Ramayana. Gambar pataka yang terdapat pada Candi Borobuur, oleh seorang pelukis berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih. Pada Candi Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan warna merah (api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman = kera berbulu putih. Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah di abad X yang telah mengenal warna merah dan putih.

Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai burung besar, yaitu Burung Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah putih. Denikian juga pada tahun 898 sampai 910 Raja Balitung yang berkuasa untuk pertama kalinya menyebut dirinya sebagai gelar Garuda Muka, maka sejak masa itu warna merah putih maupun lambang Garuda telah mendapat tempat di hati Rakyat Indonesia.

4. Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah Kerajaan Kediri, mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat melakukan pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan Raja Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar tahun 1292. Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke Semenanjung Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat mengirimkan tentaranya dengan mengibarkan panji – panji berwarna merah putih dan gamelan kearah selatan Gunung Kawi. Pasukan inilah yang kemudian berhadapan dengan Pasukan Singosari, padahal pasukan Singosari yang terbaik dipusatkan untuk menghadang musuh di sekitar Gunung Penanggungan. Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang lebih dikenal dengan nama Piagam Butak. Butak adalah nama gunung tempat ditemukannya piagam tersebut terletak di sebelah selatan Kota Mojokerto. Pasukan Singosari dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang dan menantu Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah sebidang tanah di Desa Tarik, 12 km sebelah timur Mojokerto. Berkibarlah warna merah – putih sebagai bendera pada tahun 1292 dalam Piagam Butak yang kemudian dikenal dengan piagam merah – putih, namun masih terdapat salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang Runtuhnya Singosari serta mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada zaman itu pula terjadinya perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme.

5. Demikian perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh tentara Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih (jingga=merah, dan perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam, pada waktu itu keratonnya juga disebut sebagai keraton merah – putih, sebab tembok yang melingkari kerajaan itu terdiri dari batu bata merah dan lantainya diplester warna putih. Empu Prapanca pengarang buku Negarakertagama menceritakan tentang digunakannya warna merah – putih pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk. Kereta pembesar – pembesar yang menghadiri pesta, banyak dihiasi merah – putih, seperti yang dikendarai oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha digambari buah maja warna merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan bahwa zaman Majapahit warna merah – putih sudah merupakan warna yang dianggap mulia dan diagungkan. Salah satu peninggalan Majapahit adalah cincin warna merah putih yang menurut ceritanya sabagai penghubung antara Majapahit dengan Mataram sebagai kelanjutan. Dalam Keraton Solo terdapat panji – panji peninggalan Kyai Ageng Tarub turunan Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit terakhir. Panji – panji tersebut berdasar kain putih dan bertuliskan arab jawa yang digaris atasnya warna merah. Hasil penelitian panitia kepujanggaan Yogyakarta berkesimpulan antara lain nama bendera itu adalah Gula Kelapa . dilihat dari warna merah dan putih. Gula warna merah artinya berani, dan kelapa warna putih artinya suci.

6. Di Sumatra Barat menurut sebuah tambo yang telah turun temurun hingga sekarang ini masih sering dikibarkan bendera dengan tiga warna, yaitu hitam mewakili golongan penghulu atau penjaga adat, kuning mewakili golongan alim ulama, sedangkan merah mewakili golongan hulu baling. Ketiga warna itu sebenarnya merupakan peninggalan Kerajaan Minang pada abad XIV yaitu Raja Adityawarman. Juga di Sulawesi di daerah Bone dan Sopeng dahulu dikenal Woromporang yang berwarna putih disertai dua umbul – umbul di kiri dan kanannya. Bendera tersebut tidak hanya berkibar di daratan, tetapi juga di samudera , di atas tiang armada Bugis yang terkenal. Bagi masyarakat Batak terdapat kebudayaan memakai ulos semacam kain yang khusus ditenun dengan motif tersendiri. Nenek moyang orang Batak menganggap ulos sebgai lambang yang akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta membawa arti khusus bagi yang menggunakannya. Dalam aliran animisme Batak dikenal dengan kepercayaan monotheisme yang bersifat primitive, bahwa kosmos merupakan kesatuan tritunggal, yaitu benua atas dilambangkan dengan warna merah dan benua bawah dilambangkan dengan warna hitam. Warna warna ketiga itu banyak kita jumpai pada barang-barang yang suci atau pada hiasan-hiasan rumah adat. Demikian pula pada ulos terdapat warna dasar yang tiga tadi yaitu hitam sebagai warna dasar sedangkan merah dan putihnya sebagai motif atau hiasannya. Di beberapa daerah di Nusantara ini terdapat kebiasaan yang hampir sama yaitu kebiasaan memakai selendang sebagai pelengkap pakaian kaum wanita. Ada kalanya pemakaian selendang itu ditentukan pemakaiannya pada setiap ada upacara – upacara, dan sebagian besar dari moti-motifnya berwarna merah dan putih.

7. Ketika terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 di tengah – tengah pasukan Diponegoro yang beribu – ribu juga terlihat kibaran bendera merah – putih, demikian juga di lereng – lereng gunung dan desa – desa yang dikuasai Pangeran Diponegoro banyak terlihat kibaran bendera merah – putih. Ibarat gelombang samudera yang tak kunjung reda perjuangan Rakyat Indonesia sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, putra – putra Indonesia yang dipimpin Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanudin, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Antasari, Pattimura, Diponegoro dan banyak lagi putra Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, sekalipun pihak penjajah dan kekuatan asing lainnya berusaha menindasnya, namun semangat kebangsaan tidak terpadamkan.

Pada abad XX perjuangan Bangsa Indonesia makin terarah dan menyadari akan adanya persatuan dan kesatuan perjuangan menentang kekuatan asing, kesadaran berbangsa dan bernegara mulai menyatu dengan timbulnya gerakan kebangsaan Budi Utomo pada 1908 sebagai salah satu tonggak sejarah.

Kemudian pada tahun 1922 di Yogyakarta berdiri sebuah perguruan nasional Taman Siswa dibawah pimpinan Suwardi Suryaningrat. Perguruan itu telah mengibarkan bendera merah putih dengan latar dasar warna hijau yang tercantum dalam salah satu lagu antara lain : Dari Barat Sampai ke Timur, Pulau-pulau Indonesia, Nama Kamu Sangatlah Mashur Dilingkungi Merah-putih. Itulah makna bendera yang dikibarkan Perguruan Taman Siswa.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.

Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia yang berada di Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan bendera merah – putih yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada kulit buku yang berjudul Indonesia Merdeka. Buku ini membawa pengaruh bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka.

Demikian seterusnya pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan mencapai kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera merah putih yang di tengahnya bergambar banteng.

Kongres Pemuda pada tahun 1928 merupakan detik yang sangat bersejarah dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu keputusan sejarah yang sangat berani dan tepat, karena kekuatan penjajah pada waktu itu selalu menindas segala kegiatan yang bersifat kebangsaan. Sumpah Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu, karena persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya kemerdekaan. Semangat persatuan tergambar jelas dalam “Poetoesan Congres Pemoeda – Pemoeda Indonesia” yang berbunyi :

Pertama : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERTOEMPAH DARAH YANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERBANGSA YANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA


Pada kongres tersebut untuk pertama kalinya digunakan hiasan merah – putih tanpa gambar atau tulisan, sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pada saat kongres pemuda berlangsung, suasana merah – putih telah berkibar di dada peserta, yang dibuktikan dengan panitia kongres mengenakan “kokarde” (semacam tanda panitia) dengan warna merah putih yang dipasang di dada kiri. Demikian juga pada anggota padvinder atau pandu yang ikut aktif dalam kongres menggunakan dasi berwarna merah – putih. Kegiatan pandu, suatu organisasi kepanduan yang bersifat nasional dan menunjukkan identitas kebangsaan dengan menggunakan dasi dan bendera merah – putih.

Perlu disadari bahwa Polisi Belanda (PID) termasuk Van der Plass tokohnya sangat ketat memperhatikan gerak – gerik peserta kongres, sehingga panitia sangat berhati-hati serta membatasi diri demi kelangsungan kongres. Suasana merah putih yang dibuat para pandu menyebabkan pemerintah penjajah melarang dilangsungkannya pawai pandu, khawatir pawai bisa berubah menjadi semacam penggalangan kekuatan massa.

Pengibaran Bendera Merah-putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat kebangsaan yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1944 lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk berkibar lagi setelah kedudukan Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu pula dibentuk panitia yang bertugas menyelidiki lagu kebangsaan serta arti dan ukuran bendera merah-putih.

Detik-detik yang sangat bersejarah adalah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah pembacaan teks proklamasi, baru dikibarkan bendera merah-putih, yang kemudian disahkan pada 18 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan tersebut kemudian ditetapkan dengan nama Sang Saka Merah Putih.

Kemudian pada 29 September 1950 berkibarlah Sang Merah Putih di depan Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia.

Bendera merah-putih mempunyai persamaan dengan bendera Kerajaan Monako, yaitu sebuah Negara kecil di bagian selatan Prancis, tapi masih ada perbedaannya. Bendera Kerajaan Monako di bagian tengah terdapat lambang kerajaan dan ukurannya dengan perbandingan 2,5 : 3, sedangkan bendera merah putih dengan perbandingan 2 : 3 (lebar 2 meter, panjang 3 meter) sesuai Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1958. Kerajaan Monako menggunakan bendera bukan sebagai lambang tertinggi karena merupakan sebuah kerajaan, sedangkan bagi Indonesia bendera merah putih merupakan lambang
tertinggi.

Sumber: http://www.gamexeon.com

Jayalah Negeriku.........

INDONESIA-KU
Usianya  melebihi setengah abad,,,
66 tahun yg lalu warna biru itu sudah dilepas,
yang tinggal hanyalah dua warna yg tak bisa diubah,,,
Bambu runcing dengan tetesan darah hitam penjajah  menjadi saksi kekuatan mereka merebut kemerdekaan,,,
yahhhh INDONESIA namanyaa,,,
negeri yang elok bak surga didunia, 
di titipkan oleh para pejuang bangsa yang gugur di ujung laras panjang bersimbah darah......
Rela meninggalkan keluarga, demi sebuah kata MERDEKA...!!!
itulah PAHLAWANKU,,...
Tapi aku malu padamu wahai Negeriku,
diusiaku yg terus mendekatimu, aku tak mampu menjadi sosok mereka yang memberikanmu kejayaan,,
andaikan mereka masih hidup, mungkin mereka akan menangis melihat jerih payahnya terbuang sia-sia karena ulah mereka yang menjadi budak harta,,,
maafkan kami wahai pejuang bangsa, mereka yg dulu dibelakangmu sekarang tlah jdi musuh yang merusak indahnya negerimu....
tidakkah kalian sadar wahai perusak bangsa, mereka yang dulu berjuang meninggalkan keluarga dan harta demi kemerdekaan bangsa, tapi mengapa sekarang kalian mementingkan keluarga dan harta demi kehancuran bangsa.......!!!!

Pahlawanku, tenanglah kau disana, janji baktimu telah kau tunaikan dalam dua kata,,
INDONESIA MERDEKA...!!!!

Semangat kemerdekaan bagi penerus bangsa Indonesia,,!!!!


Sabtu, 11 Juni 2011

NAMAKU MURTADHA bukan MURTAD......!!!!!

hhmmmmmm,,,,,dah lama blog ni d buat tapi aku belum buat cerita mengenai kehidupanku..........
kali ini aku akan membahas mengenai riwayatku, cekidot

nama lengkapku MURTADHA HABIBI di baca Murtado Habibi,,,terkadang aku risih dg namakuku yg sangat fatal akibatnya jika orang2 salah menafsirkannya,yaitu kata MURTADHA, mungkin smuanya tw kalau namaku itu mirip dengan kata Murtad ( orang yang keluar dari Islam ). hal inilah yang membuat saya risih. tidak hanya itu, banyaknya teman2ku yg mengejekku dg nama Murtad terkadang membuat hatiku sangat sedih, karena aku paling benci dengan kata2 itu, mungkin bagi mereka itu hanya lelucon atau becanda, tapi bagiku itu sebuah ejekan yang sangat menyakitkan, karena aku tidak mau di samakan dengan Murtad........
saya hanya ingin teman2 tidak memanggilku dengan nama murtad,,,,

aku lahirpada tgl 28 Februari 1992 di salah satu desa terpencil d Riau, letaknya d perbatasan antara kab, kampar dan kab. Rokan Hulu,, yahhhh........Desa kasikan namanyaa, desa ini terletak di kec. Tapung Hulu Kab. Kampar - Riau.......nama ibuku Hj. Mardiah dan ayahku H. Sipurdin.
sebenarnya aku 6 bersaudara, tapi Allah hanya menakdirkan 2 diantara kami yang hidup sehat hingga saat ini, yaitu aku ( anak ke 5 ) dan kakak Perempuanku (anak ke 4) Tuti Sumarni namanya. Kakak ku yang pertama Bernama Leni, aku memanggilnya uwo, pada Usia 7 tahun kejadian naas menimpanya, sebuah lampu semprong yang dipakai untuknya bermain akhirnya membakar seluruh tubuhnya, karena lampu yang di bawanya tersebut terjatuh dan apinya membakar pakaiannya, berbulan-bulan dia di rawat di salah satu rumah sakit di Pekanbaru, namun pada akhirnya nyawanya juga tak terselamatkan. padahal dia memiliki ambisi untuk cepat-cepat masuk sekolah, namun harapannya itu sekarang hanyalah menjadi kenangan indah untuk di kenang, memang waktu saat itu aku belum lahir, tapi ayah dan ibuku selalu menceritakannya kepadaku........:'(
aku memang tak pernah melihat wajah kakaku secara langsung, tapi ibuku masih menyimpan poto kakaku satu-satunya yang masih tersisa,,
anak ibuku yang ke 2 dan ke 3 adalah laki-laki,,, yahhhh.........aku memanggilnya dengan panggilan abang, ke 2 abangku juga tidak memiliki kehidupan yang panjang, karena mereka juga meninggal ketika masih bayi, abangku meninggal dengan penyakit yang sama, tapi aku tak mengetahui penyakitnya.........
dan anak yang ke 4 Alhamdulillah masih sehat hingga saat ini, yahhhh Tuti Sumarni namanya, lahir di Kasikan, 12 Mei 1989.....Alhmdulillah dia telah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak, namun anak pertamanya juga meninggal Dunia di karenakan penyakit stepp yang menimpa ibunya,sehingga anaknya tersebut lahir prematur dan kekurangan oksigen. anak ke 2nya bernama Yudha Ardian Pratama lahir d Pekanbaru, 10-10-2010,, yahhhh memang waktu lahir yang unik..........
Lanjut ke anak yang ke 5 yaitu aku sendiri, dan anak yang ke 6 adalah adikku laki-laki yang juga meninggal pada Usia 2 minggu disebabkan oleh penyakit yang sama yang di alami ke 2 abangku yang juga sudah meninggal tadi,ketika itu aku masih berada di kelas 6 SD, Jujur aku merasa kesepian dalam keluargaku, apalagi jika bulan Ramadhan datang, kakaku sudah tinggal bersama suaminya, tinggallah aku dan ke 2 orang tua ku yang yang buka bersama, sahur bersama, tarawuh bersama......terkadang aku juga ingin memiliki sosok abang yang bisa di ajak sharring, yang bisa memberi nasehat, yang selalu melindungi adiknya, dan juga ingin memiliki adik yang bisa di ajak bermain, becanda, bergurau bersama..... karena selama ini aku hanya merasakan kasih sayang dari seorang kakak, dan aku juga hanya ingin merasakan kasih sayang dari seorang abang dan juga adik.......

mengenai pendidikan ku, dulu pada mulanya masuk Sekolah Dasar aku tidak di izinkan oleh kepala sekolah pada waktu itu untuk masuk SD, karena badanku terlau kecil, dan Kepala sekolah itu menyarankan agar aku masuk TK terlebidahulu, tapi aku tidak mau, karena aku malu semua teman-teman bermainku sudah menginjak sekolah Dasar, akhirnya dengan tidak memiliki rasa malu aku menangis di dalam kantor kepala sekolah itu untk memberi izin masuk sekolah, dan Alhamdulillah mungkin karena kasihan akhirnya kepala sekolah tersebut memberi izin masuk sekolah Dasar buatku....senannggggnyyaaaaaa........!!!!!!! nama sekolah ku SDN 005 kasikan dan berubah nama ketika aku kelas 4 menjadi SDN 002 Kasikan.
hari berganti hari bulan pun berganti begitu juga tahun akhirnya 6 tahun pun tlah berlalu, akhirnya aku menanggalkan sergam putih merah, dan berganti seragam menjadi putih donker, yahhhhhhh MTs LKMD Kasikan namanyaa,,sebenarnya aku ingin tamat SD melanjutkan pendidikan di Pesantren, tapi orang tuaku tidak mengizinkan aku pisah darinya, jadi aku gagal untuk melanjutkan sekolah di pesantren........
setelah 9 tahun menimbah ilmu di Kampung Kelahiran akhirnya aku melanjutkan sekolah menengah atas di Pekanbaru, nama sekolahnya MAN 1 Pekanbaru...disekolah inilah aku belajar berbagai macam hal yg mewarnai kehidupanku hingga saat ini, mulai dari pengalaman pertama menyentuh komputer dan laptop, kawan-kawan yang care, bahkan untuk pertama kalinya aku pisah dari keluarga.......masa-masa di sekolah ini sulit untuk dilupakan, tamat dari MAN 1 Pekanbaru, aku ingin melanjutkan study di perguruan tinggi Favorit aku, UI.....aku ingin sekali bisa lulus di KEdokteranya ataupun di jurusan Kimian juga bahasa inggrisnya, tapi Allah berkehendak lain akhirnya aku lulus di UIN Sultan Syarif Kasim Riau, dengan jurusan Ilmu Komunikasi, jujur pada awalanya aku tidak ada niat untuk kuliah di jurusan ini, karena menurut aku ini tidak cocok buatku, akhirnya hari pun berlalu semakin lama aku semakin tertarik dengan jurusan ini, dan aku menganggap bahwa sebenarnya inilah yang aku butuhkan, mulai dari situ aku menyadari " Bahwa Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah akan memberi apa yang kita butuhkan"..........
hhuuuuuuaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh................
ngantuk nie udah dulu yaaa....,udah panjang lebar ni cerita tentang kehidupanku,,,Insyaallah besok kita sambug lagi ok.....

Senin, 23 Mei 2011

Tugasku,,,,


BAB I
PENDAHULUAN

Mesjid, secara bahasa, adalah tempat sujud. Adapun secara syar’i, mesjid adalah tempat yang dipersiapkan untuk digunakan shalat lima waktu secara berjamaah oleh kaum muslimin.
Akan tetapi, terkadang mesjid mempunyai arti yang lebih luas dari itu. Karenanya, tempat yang dijadikan oleh seseorang di rumahnya untuk melaksanakan shalat sunnah atau shalat wajib karena dia tidak mampu untuk shalat di mesjid, yang orang-orang mendirikan shalat berjamaah di dalamnya, dinamakan mesjid pula.
Di antara dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: 323 dan selainnya dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku: aku dimenangkan dengan perasaan takut yang menimpa musuhku dengan jarak sebulan perjalanan, bumi dijadikan bagiku sebagai mesjid dan suci, siapa pun dari umatku yang menjumpai waktu shalat maka shalatlah….”
Oleh karena itu pemakalah akan membahasa mengenai mesjid yang ada disekitar kami.

     
BAB II
PEMBAHASAN



A.      Sejarah Mesjid Al-Fajar

Alfajar merupakan sebuah mesjid yang terletak di Jalan Garuda Sakti, Gang Al-Fajar. Sesuai dengan namanya jalannya, maka Mesjid ini diberi nama Al- Fajar . Awal mula berdirinya mesjid Al-Fajar adalah sebuah Mushollah kecil yang dipergunakan oleh warga untuk tempat beribadah seperti biasanya, namun semakin majunya daerah sekitar mesjid ini dan ditambah juga dengan diaktifkanya kampus II Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim di Panam maka penduduk disekitar mushollah ini bertambah banyak baik dari kalangan pekerja maupun mahasiswa yang sedang berstudi.

Dan Akhirnya sekitar 10 tahun yang lalu Mushollah ini di jadikan Mesjid Al-Fajar dengan Ketua Pengurus Mesjid pertama yaitu Bapak Munir (warga Al-Fajar). Dan setelah itu pada tahun 2006 dibentuklah kepengurusan baru dengan ketua terpilih Drs. H. Werkanis M.Ed.
Pada tahun 2006 mesjid ini direnovasi karena tidak bisa menampung lebih banyak lagi warga yang ingin melaksanakan ibadah, namun pembangunan ini tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun melainkan hasil dari swadaya masyarakat di sekitar Al-Fajar itu sendiri. Mesjid yang pada awalnya kecil sekarang telah menjadi mesjid yang cukup untuk menampung jema’ah yang datang untuk beribadah.

Memang bantuan untuk mesjid ini pada mulanya belum terealisasikan dari donatur ataupun dari pemerintah, namun karena tingginya rasa persatuan ke Islaman di sekitar daerah ini maka masyarkat berbondong-bondong unuk membantu baik tenaga maupun harta untuk membangun mesjid ini.
Tidak hanya mesjid yang telah diresmikan pada 10 tahun yang lalu, tapi bersamaan dengan mesjid juga diresmikan sebuah MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) dengan nama MDA Al-Fajar, yang mana MDA ini di bawah kepengurusan Mesjid Al-Fajar. Pada awalnya MDA ini tidak dibangun di jalan al-Fajar, melainkan di jalan Merpakti Sakti diatas tanah yangtelah di wakafkan ke pada masyarakat, namu setelah beberapa lama salah satu keluarga pemilik lahan ini menggugat tanah tersebut sebagai hak miliknya, dan akhirnya MDA ini dipindahkan ke Jalan Al-Fajar berdampingan dengan mesjid Al-Fajar.

Meskipun tanah Mesjid Al-Fajar ini merupakan tanah Wakaf, tapi MDA Al-Fajar ini berdiri di tanah yang dibeli masyarakat pada pemilik tanah sebelumnya lalu di bangun lah MDA ini dan diresmikan bersamaan dengan Mesjdi Al-Fajar. Sekarang ini ketua pengurus Mesjid ini yaitu H. Thamrin.

Hingga sekarang ini mesjid ini memiliki fasilitas 2 kamar mandi dan tempat wudhu, MDA, Taman bacaan dll.

A.      Kepengurusan

Pada 10 tahun yang lalu dibentuklah kepengurusan pertama Mesjid Al-Fajar setelah diresmikan dari mushollah menjadi mesjid dengan ketua pengurus pertama Bapak Tamrin sebagai warga disekitar mesjid Al-Fajar ini. Setelah itu pada tahun 2006 dilakukan kembali pemilihan pengurus dengan ketua baru yakni Bapak Drs. H. Werkanis M.Ed.

Tidak hanya kepungurusan mesjid yang ada di Mesjid Al-Fajar ini, melainkan juga ada kepengurusan remaja mesjid yang kita kenal dengan nama IKATAN REMAJA MESJID AL-FAJAR. Ada pung kepengurusan Remaja mesjid ini adalah sebagai berikut.



STRUKTUR  KEPENGURUSAN REMAJA MESJID    
                                      AL-FAJAR


DEWAN PEMBINA        DEWAN PELINDUNG



KETUA REMAJA MESJID



WAKIL KETUA


SEKRETARIS                                     BENDAHARA



Koordinator Da’wah                Koordinator Kesenian             Koordinator Pendidikan

Koordinator Olahraga                                     Koordinator Humas                


Adapun tugas-tugas dari kepengurusan ini adalah :
Dewan Pembina dan Pelindung : bertugas untuk membina, membimbing dan menuntun remaja untuk selalu melakukan kontrubusi yang baik untuk kegiatan Mesjid
Ketua : Menjalankan dan melaksanakan program kerja tentang acara yang akan dibuat di mesjid ini
Wakil : membantu kinerja ketua
Sekretaris : Mengatur administrasi keremajaan mesjid
Bendahara : menjaga keuangan
Koo Da’wah : melakukan kegiatan seputar da’wah seperti pengajian dll.
Koo Kesenian : membentuk majelis ta’lim dan juga tim rebana atau pun nasyid dan qasidah.
Koo Pendidikan : melakukan pengajaran baca Al-Quran terhadap anak-anak.
Koo olahraga : membentuk tim-tim olahraga
Koo Humas : menjalin hubungan dengan masyarakat


Mesjid Al-Fajar juga memiliki Fasilitas Madrasah Diniyah Awalyah, Madrasah ini di kepala sekolahi oleh Bapak Makmur. MDA ini mengajarkan anak-anak tentang pelajaran Islam untuk bekal kehidupan di akhirat, MDA ini memiliki 7 orang tenaga kerja dengan 4 lokal, ada sekitar 80 anak yang belajar di MDA ini.
Tidak hanya itu mesjid al-Fajar juga mengadakan pengajian rutin yang dilakukan pada hari Jum’at malam ba’da magrib untuk pengajian umum, dan untuk pengajian ibu-ibu diadakan sabtu sore ba’da Ashar.
Pengajian ini di isi dengan siraman rohani oleh ustadz-ustadzah  untuk pengetahuan yang lebih mendalam mengenai syariat islam.

A.      Problematika

Banyak problematika yang terjadi di sekitar ruang lingkup mesjid ini, yang mana masalah ini harus segera di pecahkan solusinya, karena kalau tidak masalah ini akan mengakibatkan tidak jalannya dakwah disekitar mesjid Al-Fajar ini. Adapun masalah itu :

1)      Masalah di sekitar kepengurusan remaja mesjid

Pada awalnya ketua RT beserta RW telah mengumpulkan remaja-remaja baik dari mahasiswa ataupun kalangan masyarakat sekitar Al-Fajar, memang mulanya terkumpulah banyak remaja dan dibentuklah kepengurusannya, dan kepengurusan ini diberi dana Rp. 150.000 setiap minggunya untuk mengadakan acara mesjid, namun kegiatan ini tidak berjalan hingga sampai sekarang kegiatan itu tidak berjalan lagi.  Dan dana yang diberikan kepada kepengurusan remaja mesjid ini akhirnya di hentikan.
Solusinya harus ada kesadaran remaja akan kepengurusan ini dan hendaknya seluruh pengurus di kumpulkan kembali untuk melakukan koordinasi mengenai masalah ini.

2)      Kurangnya minat masyarakat sholat berjamaah di mesjid

Mesjid ini selalu penuh dan ramai jema’ah hingga sampai ke teras mesjid orang-orang  untuk melakukan sholat berjama’ah, tapi kondisi ini hanya sering dilihat ketika sholat fardu jumat dan sholat hari raya, untuk sholat fardu biasa mesjid ini tidak sepenuhnya berisi, hanya sekitar 2-4 shaff yang terisi penuh, tentunya hal ini sangat memprihatinkan. Untuk solusi masalah ini jawabannya ada pada kesadaran akan agama dari masing-masing pribadi.

3)      Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengajian

Majelis ta’lim sering di adakan di mesjid ini, malah telah menjadi agenda mingguan, tapi ternyata kesadaran masyarakat sekitar juga tidak terlalu sadar akan pentingnya hal ini, terbukti dapat kita liat kalau setiap ada pengajian hanya sedikit yang datang kemesjid, dan itupun diisi oleh orang tua dan hanya sedikit remaja yang datang mendengarkan pengajian itu, padahal masyarakat tahu kalo pengajian ini telah memiliki jadwal, tapi masih saja selalu di umukan oleh pengurus mesjid tentang adanya pengajian hari ini.


                                                                                                                                  
BAB III
KESIMPULAN

                Mesjid Al-Fajar adalah mesjid yang terletak dijalan Garuda Sakti Gang Al-Fajar, mesjid ini diresmikan 10 tahun yang lalu yang mana sebelum diresmikan mesjid ini merupakan sebuah mushollah kecil, namun dengan perkembangan wilayah penduduk disekitar mesjid ini menjadi lebih banyak dan akhirnya diresmikanlah mushollah ini sebagai mesjid.

                Pada tahun 2006 mesjid ini direnovasi hingga menjadi mesjid yang cukup besar dan dapat menampung jemaah yang banyak. Mesjid ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan oleh salah seorang warga. Mesjid ini memiliki fasilitas gedung MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah), kamar mandi beserta tempat wudhu, pustaka mini dan lain sebagainya.

                Kepengurusan mesjid ini di ganti selama 3 tahun sekali dan yang menjabat sebagai ketua pengurus mesjid ini sekarang adalah Bapak H.Thamrin.