Pages

Subscribe:

Sabtu, 12 November 2011

SOAL UTS SISTEM EKONOMI INDONESIA

Soal UTS Sistem Ekonomi Indonesia (Take Home)

Semester                       : III D
Dosen Pembimbing       : Yudi Daherman, M.I.Kom


Petunjuk Soal :
Ø  Soal dijawab dikertas Doble Polio.
Ø  Setiap soal memiliki nilai 25.
Ø  Dikumpul kepada kosma paling lambat hari Rabu, 16 November 2011.


1.  Apa yang akan terjadi kalau fungsi sistem ekonomi Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya?
2.  Jelaskan perbedaan SEI Liberal dan Sosialis?
3.  Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Ekonomi ? apakah sudah sesuai dengan Sistem Ekonomi Pancasila pada masyarakat Indonesia Saat ini?
4.   Bagaimana Pengaruh Globalisasi pada sistem ekonomi Indonesia ?

Jumat, 11 November 2011

Soal UTS KOM ANTAR BUDAYA


NAMA             : MURTADHA HABIBI
NIM                 : 11043102810
MK                  : KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
DOSEN            : FIRDAUS EL HADI, M.Soc.Sc
             
SOAL WAJIB (HARUS DIKERJAKAN)
  1. Buatlah essay sepanjang satu halaman mengenai  manfaat mempelajari Komunikasi Antar Budaya?
  2. Jelaskan pengaruh kebudayaan India/Hindu terhadap kebudayaan Indonesia dalam berbagai aspek budaya.
  3. Salah satu dimensi budaya menurut Hofstede adalah Masculinity/Feminity. Jelaskan arti kedua istilah tersebut,  dan  kaitkan dengan budaya masyarakat Jepang, Swedia, dan Indonesia.
SOAL PILIHAN (PILIH SAJA 2  DARI 4 SOAL PILIHAN)
4. Masyarakat Amerika Serikat dijuluki  sebagai Melting Pot .Apa yang dimaksud dengan melting pot, dan apakah menurut anda asimilasi sudah terjadi disana? Jelaskan.
5.Salah satu tahapan Culture Shock adalah Crisis Stage. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tahapan ini dan cara mengatasinya. 
6.Mengapa perlu memahami bahasa non verbal suatu budaya ? Jelaskan beserta contoh
 7. Mengapa Stereotip dianggap menghambat Komunikasi Antarbudaya? Jelaskan beserta contoh.



JAWAB

1.       Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.
Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis.
Ada beberapa alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya, antara lain:
a) membuka diri memperluas pergaulan
b) meningkatkan kesadaran diri.
c) etika/etis.
d) mendorong perdamaian dan meredam konflik .
e) demografi.
 f) ekonomi.
g) menghadapi teknologi komunikasi.
h) menghadapi era globalisasi.
Manfaat mempelajari Komunikasi Antar Budaya adalah :
• Kita mampu memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
• Kita mampu mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya
• Mampu untuk engidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi
• Membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya
• Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
• Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif
Sedangkan  manfaat lain mempelajari komunikasi lintas budaya, Litvin (1977) menguraikan bahwa tujuan itu bersifat kognitif dan afektif, yaitu untuk:
1. Menyadari bias budaya sendiri
2. Lebih peka secara budaya
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri
5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang
6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya
8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri:asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya.
10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.

2.       Banyak pengaruh dari India terhadap perkembangan budaya di Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain terlihat dalam bidang:

1. Budaya

Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar, bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini mungkin dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:

· Seni Bangunan

Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
- Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
- Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
- Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.

Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

· Seni rupa, dan seni ukir.
         Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

· Seni Hias
          Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

· Aksara/tulisan
           Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.

· Kesusastraan
       Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India. Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.

Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).

Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.

2. Pemerintahan
         Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.

Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

3. Sosial
          Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.

Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)

4. Kepercayaan
          Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

3.       Salah satu dimensi budaya menurut Hofstede adalah Masculinity/Feminity.

a.       Masculinity
Adalah perkembangan dimana nilai lebih dominan dalam masyarakat adalah yang berorientasi maskulin. Kultur maskulin menggunakan eksistensi biologis dari dua gender untuk menjelaskan aturan perbedaan social untuk laki-laki dan wanita, mereka mengharapkan lelaki lebih percaya diri, ambisius, dan kompetitif, dan bersemangat menggapai materi, menghormati yang besar, kuat dan cepat.
Contoh negara dengan tingkat maskulinitasnya tinggi adalah di jepang, dimana mayoritas posisi pimpinan maupun posisi legislatif dipegang oleh pria dengan persentase mencapai 95%.

b.      Feminity 
Adalah sebuah kultur yang menilai feminitas sebagai sikap yang bersikap maju. Dunia feminine melihat pengaturan bahwa lelaki perlu aktif dan karenanya mereka berasumsi dengan membuat aturan yang berkembang, juga didalamnya persamaan gender memegang peranan dalam lingkungan. Dapat disimpulkan dalam kultur feminine mereka menjaga agar “menguasai aturan sosial untuk semua gender”. Kemerdekaan internal dan kebiasaan persamaan gender adalah yang ideal, dan orang akan bersimpati dengan ketidak beruntungan tersebut. 
Contoh negara dengan tingkat feminitasnya tinggi adalah Swedia, dimana wanita memiliki persentase 41% mengusai posisi legislatif.

Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut pribadi saya, tingkat maskulinitasnya lebih tinggi daripada feminitasnya. Tentu saja hal ini sama seperti negara-negara lain yang masih menjunjung tinggi tradisi ketimuran dan beranggapan bahwa wanita kodratnya hanya berada “dibawah pria”. Selain itu hal tersebut dapat tercermin dari posisi pemerintahan dan legislative yang didominasi oleh kaum pria, meskipun tidak ada larangan bagi wanita untuk menempati posisi tersebut.

4.       Kuali peleburan (bahasa Inggris: melting pot) adalah metafor untuk masyarakat heterogen yang semakin homogen. Elemen yang berbeda "melebur menjadi satu" sebagai suatu kesamaan budaya yang harmonis. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan asimilasi imigran di Amerika Serikat; metafora melebur menjadi satu digunakan pada tahun 1780-an.
 Setelah tahun 1970, keinginan asimilasi dan model kuali peleburan menghadapi tantangan dari multikulturalisme, yang menyatakan bahwa perbedaan budaya pada masyarakat berharga dan perlu dipelihara. Jadi di Amerika telah terjadi asimilasi.
Masyarakat AS merupakan masyarakat yang terbangun atas berbagai identitas (imigran) yang berbeda. Mereka bertemu di ruang yang baru dengan tradisi budaya yang berbeda. Ada keyakinan dari para imigran bahwa apabila mereka saling menonjolkan kebudayannnya maka masyarakat baru itu akan menjadi masyarakat yang penuh konflik. Kemudian lahirlah konsep kebijakan yang disebut melting pot, kebijakan yang memberi ruang apresiasi bagi identitas-identitas yang berbeda tersebut. Melting pot kemudian dianggap memberikan harmonisasi interaksi masyarakat dan dianggap (oleh de Tocqueville, pada waktu itu) sebagai gambaran nyata masyarakat yang demokratis. Hal ini didasarkan pada dua argumen. Pertama adalah adanya pertukaran budaya dan kedua adalah munculnya kemandirian masyarakat yang kemudian mewujud dalam organisasi masyarakat sipil. Melting pot inilah yang kemudian menjadi akar dari gagasan mengenai multikulturalisme di Kanada.

Berbeda halnya dengan masyarakat AS, pada masyarakat poskolonial, permasalahan lebih terletak pada adanya pemilahan identitas yang didasarkan pada logika penguasaan. Klasifikasi yang muncul pada masyarakat kolonial adalah klasifikasi yang bias perspektif negara koloni. Hal ini kemudian terwariskan ketika bekas koloni itu mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara bangsa. Permaslahan ini semakin rumit dengan adanya gesekan yang terjadi antara identitas poskolonial dengan homogenitas identitas yang ingin dibentuk pemerintah negara bangsa.
5.       Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
·         Laki-laki berpikir logis
·         Wanita bersikap mental
·         Orang berkaca mata minus jenius
·         Orang batak kasar
·         Orang padang pelit
·         Orang jawa halus-pembawaan
Menurut Baron dan Paulus ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya stereotip. Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen. Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita. Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.